Dahsyatnya Propolis

Sedikit berbagi pengalaman pribadi. Waktu itu Bulan Ramadhan, sementara ied Fitri tinggal sekitar sepekan.  Posisi kami sedang di Jakarta menjalankan amanah dakwah.  Si kecil qadarullah terkena campak [Hihi, apa karena dampak ga ikut imunisasi ala medis ya, jadi kena campak?]

Awalnya timbul kayak biduran di dekat selangkangan. Dalam hitungan jam, bentol-bentol sudah menyebar ke kaki dan tangan.  Bahkan kemudian ke muka.  Kami waktu itu tidak terpikir bahwa itu campak, malah sempat curiga jangan-jangan diusili sama jinni. Sempat kami ruqyah namun kondisi belum ada perubahan signifikan.  Suhu badannya naik dan akhirnya kesimpulan kami bahwa si kecil kena campak.  Karena memang waktu itu lagi endemi campak di daerah yang kami tinggali, Depok.

Akhirnya madu kesukaan si kecil kami kasihkan dengan dosis banyak.  Hari kedua kondisi masih sama seperti hari sebelumnya, bahkan bentol-bentol sudah sampai ke muka dan tangan. Alhamdulillah Allah Kasih petunjuk, kami dapat ide untuk kasih propolis. Muter-muter cari propolis nano tidak dapat [maksud hati supaya lebih enak dikonsumsi oleh si kecil], akhirnya pakai propolis biasa.  Selain itu madu terus kami kasihkan plus madu dengan kandungan daun kelor.  Sebagaimana kita ketahui, kelor memiliki kandungan nutrisi yang cukup tinggi. Alhamdulillah si kecil tidak menolak meminium ramuan yang kami buat karen memang dicampurkan ke madu kesukaannya.

 

Kakaknya yang berusia 6 tahun pun akhirnya kami kasih minum juga untuk antisipasi supaya tidak ketularan. Alhamdulillah, di hari ketiga, keluhan si kecil berangsur hilang dan tanpa meninggalkan bekas. Ini menjadi pengalaman yang amazing buat kami.

 

Selang beberapa waktu, teman kami seorang dokter umum mengabarkan kedua anaknya terindikasi flu singapura. Padahal teman kami ini juga punya seorang bayi yang baru berusia beberapa pekan.  Teringat pengalaman di atas, kami sarankan dokter tersebut untuk menggunakan propolis.  Alhamdulillah, 3 hari flu nya kabur dan tanpa bekas. Anda yang sudah pernah lihat seperti apa flu singapura tentu akan miris sekali apalagi yang mengalami anak-anak.  Karena sebelum kejadian ini juga, seorang dokter umum rekan kami mengabarkan anaknya sedang kena flu Singapura dan waktu itu kami belum punya ilmu ini.  Sepekan kemudian kami berkunjung, ternyata bekasnya masih ada dan katanya rewelnya tidak karuan anaknya selama sakit.

Semoga catatan ini bisa jadi referensi pengobatan bagi teman-teman.

Salam sehat.  Carilah obat yang halal.

Bagaimana dengan cintamu?

Orang yang masih mengabaikan shalat 5 waktu, menandakan bahwa dia belum atau tidak mencintai Allah.

Mengapa?

Karena orang yang mencintai sesuatu, tentu akan melakukan hal yg dicintai oleh sesuatu itu. Sedang Allah sangat mencintai hamba-Nya yang mendirikan shalat 5 waktu.

Krn shalat 5 waktu itu tiang agama. Jika tiangnya saja tidak ditegakkan, apakah bangunan Islam nya bisa berdiri tegak?

 

Sedangkan shalat 5 waktu kelak adalah ibadah yang paling pertama kali dihisab. Jika pada hisab awal saja sudah bermasalah, bagaimana pula kelanjutannya?

Mari, di bulan yg penuh keberkahan ini, kita coba sadarkan diri kita, betapa begitu banyaknya nikmat yang Allah karuniakan kepada kita, bahkan seakan-akan Allah tidak peduli dengan banyaknya kemaksiatan yang sudah kita lakukan, seakan Allah tidak peduli akan hak-hak Nya yang sudah kita campakkan….

Malu…marilah malu kepada-Nya.

Dan betapa pintu ampunan dan rahmat-Nya terbentang begitu luas.

Menyesallah segera, dan berbenah diri sesegera mungkin.

Karena hidup kita tidak tahu sampai di mana batasnya. Krn usia kita kapan saja bisa terputus oleh maut, yang tidak kenal permisi datangnya.

Mari, menyesal sedari kini, sebelum penyesalan itu tidak punya arti.

Komunikasi Positif

Saudaraku, kita tentunya menyadari bahwa kita diciptakan sebagai makhluk sosial. Tentunya, kita membutuhkan orang lain yang mana dengan itu butub komunikasi dua arah agar dapat terjalin hubungan yang baik.

Demikian juga halnya dengan kehidupan rumah tangga yang sedang kita bina bersama pasangan, akan terasa indah jika ada komunikasi dua arah yang seimbang.

Sebagai terapis, tidak jarang, bahkan bisa dibilang sering, saya bertemu dengan mitra terapi dengan berbagai macam keluhan, yang ujung-ujungnya disebabkan karena hubungan yang kurang baik dengan pasangan.

Terkadang kita menginginkan pasangan kita begini dan begitu. Jangan ini dan jangan itu. Tetapi, itu hanya terungkap dalam hati. Lalu, bagaimana mungkin pasangan kita bisa mendengarnya?

Atau juga, ada yang menginginkan pasangannya begini dan begitu, dan sudah menyampaikannya pula. Tapi dengan bahasa kritikan, menggurui, atau tidak dalam situasi yang pas. Yah, tentu runyam jadinya.

 

Saya hanya sedikit sumbang saran, semoga bisa jadi sarana solusi bagi saudaraku yang merasakan hubungan kurang harmonis dengan pasangan.

Cobalah untuk membuka komunikasi positif dengan pasangan. Jangan setiap kekesalan dipendam sendiri, pun jangan diluapkan sepenuhnya kepada pasangan. Belajarlah memahamk karakter pasangan Anda, dan cari cara supaya Anda dan pasangan bisa bercengkrama serta berbincang asyik tentang banyak hal.

Anda sibuk? Ya, saya memaklumi itu. Akan tetapi, jangan sampai kesibukan itu membuat hambar hubungan Anda dengan pasangan. Jangan sampai kesibukan Anda membuat magnet di hati Anda memudar  energinya untuk tarik menarik dengan hati pasangan.

Kesempatan-kesempatan kecil bisa Anda gunakan untuk menjalin komunikasi dan kemesraan dengan pasangan. Jangan biarkan detik-detik berharga bersama pasangan tenggelam begitu saja dalam kelelahan Anda setelah seharian berjibaku dengan padatnya pekerjaan.

Selepas santan malam, menjelang tidur, di sepertiga malam, bangun tidur, di meja makan, di waktu-wakti senggang, akhir pekan. Banyak kesempatan. Hadirlah sepenuhnya untuk pasangan Anda. Ajak bicara dari hati ke hati. Banyak hal. Beri perhatian meski kecil, dan jangan menganggap enteng sebuah perhatian kecil karena energinya sungguh luar biasa. Kesankan bahwa pasangan aman bersama Anda. Yakinkan bahwa Anda siap mendengarkan cerita dan keluh kesahnya. Percayakan padanya bahwa tidak ada rahasia di antara Anda dan pasangan.

Seringkali yang terjadi, satu sama lain tidak membuka diri, menggerutu dibelakang, memendam rasa, cari pelarian. Ini bukan solusi, bahkan bisa jadi bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Kenapa Ansa berpikir pasangan Anda tidak bisa dimasih masukan dan saran? Sudah tepatkah cara yang Anda lakukan? Adakalanya kebaikan itu tertolak bukan karena kebaikannya, tapi cara penyampaian yang kurang tepat.

Karenanya, mari lebih dekat dengan pasangan kita. Pahami betul karakternya dan lakukan cara-cara untuk membangun komunikasi sua arah yang hangat, tidak menghakimi, tisak menggurui, penuh cinta dan kemesraan.

Semoga Allah memberikan keberkahan dalam rumah tangga Anda,

Terima Kasih Suamiku

Saudariku, kapan terakhir kali engkau mengucapkannya? Ucapan yang sangat sederhana, namun kekuatannya sangat besar untuk memperkokoh bangunan cintamu dengan pasangan.

Tadi pagi? Alhamdulillah. Berbahagialah engkau saudariku, yang senantiasa meringankan bibirmu untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada suamimu. Dia sudah menjadi imammu, mengambilmu dari orang tuamu untuk menjadi tanggungan hidupnya. Dia rela berjibaku dengan debu jalanan, menguras tenaga-waktu-pikiran, mengabaikan kelelahan dirinya demi membahagiakanmu.

“Terima kasih, suamiku.” Ah, kata itu tentu terasa sangat indah terdengar di telinga suami kita. Tentunya jika diungkapkan dengan ketulusan hati, bukan basa-basi. Kelelahannya seakan menguap melihat binar matamu yang memancarkan kebahagiaan atas apa yang telah dia suguhkan padamu. Hanya sebuah kalimat yang pendek, saudariku. Jaga itu …. Demi keindahan bangunan rumah tangga yang sedang engkau bina. Demi keridhaan suamimu, yang tentunya ini mendatangkan keridhaan Allah padamu.

“Terima kasih, suamiku …..” Jangan sungkan dan malu mengutarakannya. Jangan merasa rendah ketika mengucapkannya. Kalimat itu justru memuliakanmu. Engkau menjadi istri yang pandai bersyukur ….

“Terima kasih, suamiku.” Ucapkan itu dalam moment-moment kebersamaan Anda. Ketika suami membantu Anda membetulkan kompor, membantu mengasuh si kecil, membetulkan atap rumah yang bocor. Ah …, bnyak kesempatan saudariku. Manfaatkan itu. Jangan berkutat pada pikiran ‘itu kan sudah tugas dia, sudah kewajiban dia’.

Ingat saudariku, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menyampaikan bahwa banyak kaum wanita yang akan menjadi penghuni neraka karena banyak yang tidak tahu berterima kasih kepada suaminya. Maka marilah saudariku, jangan sampai kita termasuk golongan yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu.

Selamat mencoba saudariku. Dan engkau yang sudah mencoba, pertahankan itu. Semoga rajutan cinta yang engkau bina bersama suamimu semakin kokoh dan indah.

Rejeki

Beberapa hari yang lalu sebuah pesan masuk, “Mbak, kalau boleh tahu, gaji bersih suami mb berapa dalam sebulan? Suamiku mau keluar kerja dan ber-wirausaha. Galau ni mb.” Begitu kira-kira isi pesan itu. Saya langsung mesem-mesem (senyum-senyum). Yah, namanya kami ini wirausaha, gajinya ya kami sendiri yang mengatur, hehe.

Sebenarnya, mau jadi pegawai ataupun wirausaha, itu adalah pilihan. Mana yang menjadi pilihan dan kemantapan hati, kita nyaman di dalamnya, itulah pilihannya. Kalau masalah nominal, ah, saya pribadi tidak mau berkutat dalam angka-angka, karena bagi saya rejeki itu tidak bisa di-matematika-kan. Bahkan dalam nominal yang sedikit tapi mengandung keberkahan, justru itu lebih menenangkan hati dan kehidupan. Apalagi sudah lazim kita lihat fenomena di negri ini, betapa banyak mereka yang berdasi tapi masih rakus dengan harta. Diberi amanah mengurus rakyat malah jadi maling. Kasihan sekali orang-orang seperti itu. Seakan hidup hanya di dunia saja. Seakan uang dan harta adalah segalanya. Padahal kaya atau miskin itu hanya bagian dari ujian hidup.

Kaya atau miskin pun bagi saya tidak bisa diukur dengan parameter fisik. Betapa banyak mereka yang hidup di rumah megah dengan kendaraan mewah tapi hatinya miskin. Miskin dari rasa syukur, miskin dari ketenangan hidup. Bahkan masih saja merasa kurang dan kurang. Sedang mereka yang dipandang miskin, ternyata menikmati hidup dalam ketenangan dan merasa baik-baik saja.

Bukan saya mengajari untuk tidak kaya. Kaya itu suatu kebutuhan, karena banyak sekali amal kebaikan yang bisa dilakukan dengan kekayaan. Ibadah umrah dan haji, zakat maal, menyantuni fakir miskin, wakaf, dan masih banyak lagi amal kebaikan yang hanya bisa dilakukan dengan kelebihan harta. Hanya saja, tidak setiap hamba Allah di dunia ini mendapatkan kelebihan harta. Dan memang Allah memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Lantas, jika Allah menghendaki kita untuk tidak mendapatkannya, sehingga kita hidup dalam keuangan yang pas-pasan, bagaimana rasa hati kita?

Iri? Ah, itu bukan solusi. Sekali lagi saya katakan, bahkan kelapangan ataupun kesempitan dalam harta itu hanya bagian dari ujian hidup. Jika pada titik ini kita ternyata pada kondisi ‘pas-pasan’, nikmati saja, syukuri. Itulah kondisi terbaik untuk kita menurut Allah. Bisa jadi ketika kita diberi kelapangan harta, kondisi kita malah jadi orang yang kufur nikmat dan banyak melakukan kemaksiatan. Jadi, dilihat saja dari sisi positifnya. Belajar mensyukuri pemberian-Nya karena Dia memberi dengan kasih sayang dan semua demi kebaikan kita.

Ah, mbak nggak ngerasain sih gimana rasanya ga pegang uang. Hmmm, kalau masalah itu, saya juga berpengalaman lah. Tinggal bagaimana kita menata hati dan berusaha bersyukur dalam setiap apa pun kondisi kita. Bukankah Allah sendiri yang menjanjikan, barangsiapa yang bersyukur kepada-Nya maka Dia akan menambah nikmat-Nya kepada kita. Tapi saya sudah berusaha bersyukur kok masih kurang aja nih mbak keuangannya? Hehe, mbaknya …., nikmat Allah itu sangat luas ……………….. Jangan membatasi nikmat hanya dari segi materi. Kita diberi kesehatan dan anggota tubuh yang sempurna itu nikmat. Kita memiliki suami yang shaleh dan mencintai kita itu nikmat. Kita memiliki mertua yang sayang dan perhatian itu nikmat. Kita bisa makan hari ini itu juga nikmat. Kita bisa mengais rejeki dengan cara yang halal itu nikmat. Banyak sekali nikmat Allah yang senantiasa dicurahkan kepada kita, dan kita tidak akan mampu menghitungnya.

Jadi, ga perlu risau dan galau. Enjoy aja. Yang penting kita tidak menghilangkan sebab, yaitu dengan ikhtiar dan berdoa. Setelahnya, serahkan semua kepada Allah. Apalagi bagi mbak-mbak yang sudah nikah ni, jangan bebani suami dengan banyak tuntutan ya …. Jika suami masih memiliki penghasilan yang pas-pasan, jangan menyudutkannya dengan berbagai kritik dan tuntutan. Berilah motivasi dan semangat. Suami sudah berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi hak kita, jadi cobalah untuk menghargai hal itu. Jangan sampai berbagai tuntutan dan rengekan kita justru membuat suami mencari rejeki dengan cara yang tidak halal. Demi istri tercinta, tidak sedikit suami yang mencari jalan pintas untuk mendapatkan harta. Supaya istrinya tidak ngomel-ngomel, supaya istrinya bisa tambah mencintainya. Ah, apakah mbak-mbak mau punya suami seperti itu? Kalau saya sih ga mau.

Yuk, belajar bersyukur dengan apa pun kondisi kita. InsyaAllah itu lebih menenangkan hati dan mendatangkan kecintaan Allah. Fase kehidupan kita masih panjang lho, jadi jangan begong saja meratapi nasib di fase ini, supaya di fase berikutnya kita ga nyesel.

 

 

Jangan Tertipu

Hidup di dunia ini hanya sebuah persinggahan, hanya sementara waktu dibandingkan kekalnya kehidupan di akhirat kelak. Karenanya, jangan sampai kita tertipu dengan kenikmatan-kenikmatan yang ada, hingga seakan dunia ini segalanya. Padahal ajal selalu mengintai setiap saat, dan kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban atas setiap amal perbuatan kita.

Betapa sekarang ini banyak yang lupa, bahwa ajal itu sesuatu yang pasti, bahwa hari kiamat dan hari pertanggungjawaban itu jelas adanya. Hingga tidak sedikit yang tenggelam dalam kemaksiatan, berasyik-asyik dengan riba dan harta haram, bermegah-megah dengan kemewahan yang tidak akan penah menemaninya di alam kubur. Masya Allah ….

Betapa, banyak yang tenggelam dalam kenikmatan syahwat, berinteraksi dengan lawan jenis tanpa mengindahkan batas syari’at. Berhura-hura seakan hidup hanya sampai di sini saja.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka yang sibuk dengan syahwatnya tetapi masih mempunyai hati nurani. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang masih mempunyai rasa malu, malu kepada pemberi nikmat yang telah dikhianatinya.

Apa gunanya fisik yang sehat jika digunakan untuk bermaksiat. Apa gunanya fisik yang sehat tapi hatinya sekarat. Semoga Allah menjaga hati-hati kita dalam ketaatan dan kita bisa menggunakan kesehatan fisik yang telah dianugrahkan-Nya untuk sebaik-baik manfaat dunia dan akhirat.

No Stres

smile-02Masalah bukan untuk jadikan alasan stres, bukan untuk jadi alasan ogah-ogahan. Masalah hadir untuk membuat kita kuat, semakin tegar di tengah hembasan badai persoalan. Masalah adalah tanda kehidupan. Masalah hadir terkadang untuk menyiapkan diri kita menerima amanah yang lebih besar.

Ayo bangkitlah guys…. Jangan terpuruk dan tersudut. Jangan biarkan waktumu habis dalam kesia-siaan. Jangan bengong, hati-hati yang tidak terlihat bisa saja menerobos masuk.

Ketika masalah datang, mengadulah kepada Allah. Tenangkan hati dan khusyuk berdoa. Berpikirlah dengan jernih. Jika pikiran tetap saja kusut, mintalah kepada Allah dan mendekatlah, banyak-banyaklah mengingat-Nya. Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang, begitu Allah berpesan kepada kita. Dan memang demikian adanya. Hati yang tenang akan membantu kita menemukan jalan keluar dari masalah.

So …, hadapi masalah dengan bijak, jangan dengan kecengengan dan kerapuhan. Yakinlah kamu bisa menghadapinya.
Supaya ruhanimu tetap sehat. Supaya dirimu tidak stres apalagi depresi. Supaya fisikmu tetap terjaga.
Sehat itu, jasmani dan ruhaninya selalu berusaha melakukan ketaatan, so pasti tidak ada kamus ‘stres’

Mari Terus Berdakwah

Saudariku, jangan pernah berpikir bahwa dakwah membutuhkan kita, itu persepsi yang salah. Jangan pernah merasa berjasa kepada dakwah. Jangan pernah berpikir bahwa dakwah berhutang budi karena aktivitas kita.

Mari bersyukur kepada Allah, karena Dia masih memberi kenikmatan pada kita dalam berdakwah. Mari terus berjuang di jalan dakwah sampai titik terakhir. Dan tetaplah menjaga kelurusan niat ….

Mari berbuat sebaik apapun yang masih bisa kita lakukan. Mari siapkan perbekalan selagi masih ada kesempatan, sebelum datang masanya kita dihadapkan di pengadilan-Nya. Mari menjadi investor kebaikan, yang bagi hasilnya bisa dinikmati di kampung akhirat kelak.

Mari kita terus membina, dengan tidak lupa menyiapkan bekal. Learning by doing …, senantiasa berbenah. Mari terus tingkatkan kualitas dan kapasitas diri. Akan selalu ada alasan untuk membenarkan kelalaian-kelalaian kita. Tetapi …, akankah alasan-alasan itu dapat menjadi hujjah yang menguatkan kita di Yaumul Hisab kelak? Atau justru sebaliknya?

Saudariku, masih ragukah engkau menempuhi jalan dakwah ini? Padahal ada sederet alasan panjang yang mampu menguatkanmu. Tidak sadarkah engkau?

Nilai Waktu Kita

Roda waktu terus berputar mengikis batang usia. Sekian hari telah bergulir seiring denyut nadi dan irama napas. Tak terasa kita telah sampai di sini, saat ini. Adakah kita menyadari bahwa mentari pagi ini tidaklah sama dengan mentari pagi kemarin? Adakah kita menyadari bahwa pukul 8 pagi ini tidaklah sama dengan pukul 8 pagi kemarin?

Saudariku, waktu adalah harta yang sangat berharga dan tidak dapat tergantikan oleh apa pun. Waktu yang telah berlalu tidak pernah dapat kita putar ulang. Lembar-lembar peristiwa yang sudah kita lalui telah menjadi keping-keping kenangan yang tidak mungkin terulang kembali. Kehidupan yang sudah kita tapaki telah menjadi sejarah dan tidak bisa kita hadirkan lagi. Bukankah demikian?

Saudariku, mari kita renungkan kembali firman Allah tentang waktu. Di sana kita akan menemukan bahwa Allah begitu memberikan perhatian dan penghargaan terhadap waktu. Allah telah bersumpah dengan waktu, salah satunya termuat dalam surah al-‘Ashr. Kita juga dapat menemukannya dalam surah lain seperti wal lail, wa syams, wal fajr, wa dluha. Bagaimanakah dengan kita? Seberapa besar penghargaan yang telah kita berikan terhadap waktu?

Setiap hari Allah memberikan jatah waktu 24 jam secara cuma-cuma kepada kita. Bagaimanakah kita memanfaatkan jatah waktu tersebut? Adakah kita memanfaatkannya dengan baik? Ataukah sebaliknya, kita tidak begitu ambil peduli? Barangkali ada di antara sebagian kita yang merasa bahwa waktu 24 jam dalam sehari terasa masih kurang. Berbagai aktivitas dan amanah dilakukannya dari pagi hingga pagi kembali. Hidupnya terasa begitu dimanis dan berirama. Akan tetapi, ada pula sebagian lain yang merasa waktu berjalan begitu lambat. Hari-hari dilaluinya dengan kepayahan. Dua puluh empat jam dalam sehari habis untuk makan, tidur, ngerumpi, dan nonton. Masya Allah!

Sebenarnya, bentuk pemanfaatan waktu yang kita lakukan dalam keseharian menunjukkan kadar syukur kita kepada Allah. Lalu, termasuk bersyukurkah kita? Cobalah sejenak untuk mencernanya dalam hati agar dapat melakukan koreksi diri.

Sebagai insan beriman, sudah seharusnya kita menghargai nikmat waktu yang telah Allah limpahkan. Jangan biarkan waktu berlalu dalam kehampaan dan kesia-siaan. Menyia-nyiakan waktu hanya akan membuahkan penyesalan, baik di dunia maupun akhirat. Bahkan, kesuksesan hidup di dunia dan akhirat dapat teraih jika kita memberikan penghargaan terhadap waktu.

Ssaudariku, sampai detik ini Allah swt. masih memberikan nikmat waktu kepada kita. Dengan nikmat tersebut kita masih dapat menghirup udara di alam fana ini. Entah sampai kapan nikmat itu dapat terengkuh, kita tidak pernah tahu …. Mungkin kita masih dapat menikmatinya beberapa tahun lagi. Atau …, mungkin juga beberapa detik lagi nikmat waktu tersebut diambil oleh-Nya. Karenanya, sesalilah sekian waktu yang telah kita lalui dalam kesia-siaan. Menyesallah sekarang selagi masih ada kesempatan. Dan jangan ditunda lagi. Jangan sampai kita menyesal di mana penyesalan itu tiada lagi berarti. Jadikan penyesalan itu sebagai cambuk untuk membenahi diri menjadi lebih baik.

Dua puluh empat jam dalam sehari adalah waktu yang sangat berarti. Kita dapat melewatinya dengan berbagai hal yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Kita dapat melakukan berbagai kebajikan yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat kita. Jika perlu, kita dapat membuat agenda kegiatan agar waktu kita termanfaatkan secara optimal. Bahkan, di sela-sela kesibukan yang ada, kita sebenarnya masih bisa memanfaatkan waktu untuk hal lain. Saat menunggu jemputan, kita dapat memanfaatkannya untuk muraja’ah hafalan atau membaca buku. Saat memasak atau mencuci, kita dapat memanfaatkannya sambil berdzikir. Saat menyetrika, kita dapat mendengarkan ceramah dari kaset rekaman ataupun MP3. Dan masih banyak lagi dan masih banyak lagi. Jadi, mulai sekarang, kita dapat menghapus istilah wasting time dalam kamus hidup kita. Dengan begitu, semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.

Mencintai Suami

Menikah? Satu kata itu banyak menggelitik terutama bagi mereka yang belum menikah. Betapa tidak? Menikah merupakan sebuah nikmat yang tidak setiap orang mendapatkannya, apalagi menikah dengan orang yang tepat. Tidak sedikit kita mendengar mereka yang sudah menjalin hubungan asmara sebelum menikah–pacaran–selama bertahun-tahun, yang katanya dengan pacaran itu bisa untuk menjajaki dan saling mengenal satu sama lain, ternyata pernikahannya kandas hanya dalam hitungan bulan. Betapa mereka yang menikah karena calonnya seorang hartwan, mempunyai status sosial yang cukup tinggi, wajah yang menawan, toh menjalani pernikahannya dalam isak tangis dan kesedihan yang berkepanjangan.

Sadarilah, bahwa menikah itu menyatukan dua hati, dua kepribadian. Pernikahan yang langgeng kebahagiaannya hanyalah pernikahan yang dibangun atas dasar takwa, pernikahan yang diawali dengan kelurusan niat untuk menjaga diri dari fitnah dan untuk meraih keridhaan Allah. Pernikahan yang dibangun di atas takwa tidak akan menimbulkan kekecewaan ketika mendapati pasangan yang memiliki kekurangan, karena diri sendiri juga tidak lepas dari hal demikian. Pernikahan yang dibangun karena takwa, tidak akan menimbulkan perselisihan berkepanjangan ketika ada masalah dengan pasangan karena satu sama lain berusaha mencari jalan keluar demi keutuhan rumah tangga dan tetap teraihnya keridhaan-Nya. Pernikahan yang dibangun di atas landasan takwa akan selalu berusaha menjaga perasaan pasangan, adanya saling kepedulian, menikmati suka duka bersama. Itulah pernikahan yang indah. Pernikahan yang banyak dirindukan oleh mereka yang sedang mengalami badai rumah tangga.

Aku bahagia dengan pernikahanku. Aku bahagia dengan keluargaku. Aku bahagia bersama suamiku. Bukan karena suamiku tidak punya kekurangan, tapi aku pun menyadari bahwa aku pun demikian. Semua adalah karena nikmat Allah. Nikmat yang berusaha selalu kusyukuri agar Allah menambahkan nikmat yang lain untukku dan keluargaku. Bukan maksudku untuk membuat pembaca cemburu dengan kebahagiaanku, hanya ingin berbagi, berbagi kepada mereka yang sedang membangun rumah tangga tetapi sering mengalami goncangan hingga seakan bangunannya mau runtuh.

Saudariku, engkau yang sedang dirundung masalah rumah tangga, ambillah jeda sejenak untuk introspeksi. Jika ada yang salah dengan niat awal pernikahanmu, segeralah membenahinya, segeralah engkau meluruskan niat demi Allah semata. Jika jalan yang engkau tempuh menuju pernikahan adalah jalan yang salah, engkau menempuhnya melalui jalan pacaran sebelum akad nikah, maka bertaubatlah, sungguh Allah Maha Pengampun kepada hamba-Nya. Jika suamimu mengacuhkanmu, doakanlah dia, cobalah untuk memperbaiki sikapmu, juga memperbaiki hubunganmu dengan Allah. Jika masalah rumah tangga seakan tak kunjung habisnya, perbanyaklah istighfar, mengadulah kepada sebaik-baik pemberi solusi, Allah subhanahu wa ta’ala. Sungguh Allah tidak pernah mengabaikan hamba-Nya, justru kita yang sering lalai kepada-Nya.

Saudariku, jika ada yang tidak sesuai dari harapanmu terhadap suamimu, sadarilah bahwa suamimu adalah manusia biasa. Jangan terlalu fokus pada kekurangannya, tapi lihatlah segala kebaikannya. Jangan sampai setitik kekurangannya menutupi hatimu dari deretan kebaikan yang disuguhkannya padamu. Kekurangan yang ada bisa diperbaiki bersama. Dan jalinlah komunikasi yang positif dengan suamimu, karena tidak sedikit mereka yang memendam masalah, menghendaki hal-hal dari suaminya tanpa pernah menyampaikannya, dan akhirnya memendam lara sendiri.

Saudariku, percayalah, bahwa pernikahan yang sudah engkau miliki, itu adalah nikmat Allah yang harus engkau jaga. Betapa mereka di luar sana banyak yang sudah cukup usia untuk menikah, tetapi Allah belum mempertemukan dengan jodohnya–aku doakan semoga mereka diberi kesabaran dan segera dipertemukan dengan orang yang tepat–. Ingat-ingatlah hal itu, supaya engkau bersyukur dengan nikmat pernikahan yang sudah engkau raih dan berusaha memperbaiki yang ada.